Ingin Jadi Agen Pusla ?....Klik di Sini !

Hallooo....Kawan Selamat Datang di Blog Kami!

SCRIPT CHATTING DI SINI
[+] [x]

Kamis, 03 Juni 2010

Home » » Kelancaran Membaca Kunci Sukses Prestasi Pendidikan Anak

Kelancaran Membaca Kunci Sukses Prestasi Pendidikan Anak




Kelancaran membaca menjadi dasar kesuksesan akademik anak. Anak-anak yang terampil membaca sejak usia dini dan selalu dipaparkan dengan bahan cetakan akan memiliki rasa ingin tahu lebih besar, dan selalu ingin memperluas pengetahuannya.

Sebaliknya anak-anak yang lambat dalam penguasaan keterampilan membaca, lebih jarang mendapat latihan membaca dibandingkan teman sebaya sehingga akan kehilangan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan membaca dengan lancar.
Membaca adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi dari sesuatu yang ditulis. Membaca melibatkan pengenalan simbol yang menyusun sebuah bahasa. Membaca dan mendengar adalah 2 cara paling umum untuk mendapatkan informasi. Informasi yang didapat dari membaca dapat termasuk hiburan, khususnya saat membaca cerita fiksi atau humor.
Sebagian besar kegiatan membaca sebagian besar dilakukan dari kertas. Batu atau kapur di sebuah papan tulis bisa juga dibaca. Tampilan komputer dapat pula dibaca. Membaca dapat menjadi sesuatu yang dilakukan sendiri maupun dibaca keras-keras. Hal ini dapat menguntungkan pendengar lain, yang juga bisa membangun konsentrasi kita sendiri.
Tidak jarang ditemukan ketidaklancaran membaca disebabkan karena kepada anak selalu dipaparkan materi bacaan yang terlalu canggih dan tidak sebanding dengan kemampuan mereka. Akibatnya pada diri anak-anak tumbuh sikap dan motivasi negatif terhadap tugas membaca itu sendiri.
“Proses ini disebut Matthew effect. Artinya ketidaklancaran membaca berdampak pada kegagalan anak dalam menguasai area akademik lainnya. Kegagalan ini semakin diperparah seiring anak tersebut naik jenjang kelas.

Ketidaklancaran membaca yang muncul di tahun pertama dan kelas dua SD sering tidak terdeteksi oleh guru. Guru cenderung menganggap hal tersebut sebagai hal yang wajar. Sementara dalam pandangannya justru disinilah sesungguhnya titik awal kekompleksan masalah.
Kebanyakan ketidaklancaran membaca baru dianggap masalah ketika anak sudah duduk di kelas 3 atau 4 SD, ketika mereka dituntut untuk mempelajari dan menguasai materi ajar.
Pada jenjang ini, anak-anak sudah tidak dilatih untuk bisa membaca. Anak diharuskan sudah bisa membaca dengan lancar dan memahami apa yang dibacanya. Anak yang mengalami ketidaklancaran membaca di kelas-kelas awal umumnya akan mengalami kesulitan yang sama di kelas selanjutnya. Pada tingkat kelas ini, anak dianggap bermasalah jika tidak dapat memahami pelajaran, tidak dapat menjawab pertanyaan, dan sering gagal dalam mengerjakan soal ulangan.
Anak-anak tersebut bukannya tidak berusaha. Fakta kemampuan mereka untuk menerima dan memahami pelajaran yang diberikan guru tidaklah sebaik anak-anak pada umumnya. Mereka sesungguhnya memerlukan lebih banyak waktu dan kesempatan berlatih untuk menyamakan langkah dengan anak-anak pada umumnya. Dalam kondisi seperti ini, guru seringkali menganggap mereka bermasalah, karena perilaku mereka mengganggu proses pembelajaran. Misalnya tidak bisa duduk tenang, tidak mau berpartisipasi dalam kegiatan belajar, tidak mencatat, tidak mengerjakan PR dan tidak tuntas mengerjakan tugas sekolah. Di lain pihak sesungguhnya perilaku negatif tersebut muncul karena adanya perasaan tidak mampu dan tidak percaya diri.
Dengan kata lain perilaku negatif merupakan kompensasi dari perasaan-perasaan negatif yang terkait dengan rendahnya motivasi anak untuk meningkatkan kemampuan dirinya. Anak-anak yang mengalami kesulitan membaca ini juga memiliki masalah dalam memotivasi diri sendiri.
Peran dan kedudukan orang tua sangat signifikan dalam perkembangan kemampuan berbahasa anak. Bahwa kualitas interaksi anak dan orangtua terbukti meningkatkan kemampuan ketepatan gramatika dan merupakan faktor yang signifikan bagi pertumbuhan kemampuan berbahasa. Lingkungan berperan mengaktifkan perkembangan bahasa. Dikarenakan untuk mewujudkan perkembangan bahasa yang baik dibutuhkan ‘bahan’ yang baik dan lingkungan yang menopang perkembangan bahasa.
Teknik Membaca Efektif
Kegiatan membaca erat kaitannya dengan proses belajar, seperti jika berada di ruang sekolah atau kampus. Bedanya, ilmu pengetahuan yang diberikan guru atau dosen di kelas dilakukan secara lisan dan yang disampaikan tentu juga sangat terbatas. Sementara di luar itu, buku, makalah, surat kabar, majalah, dan internet, merupakan sumber pengetahuan yang demikian luas.
Untuk itu setiap siswa, mahasiswa atau siapa saja, perlu membaca buku atau tulisan lain di berbagai media. Namun, untuk memahami isinya dengan cepat, dibutuhkan ketrampilan membaca. Tidak ada perbedaan antara membaca koran dan buku teks, bahkan dibandingkan dengan membaca komik. Padahal masing-masing membutuhkan tingkat konsentrasi dan kecepatan yang berbeda. Untuk dapat membaca efektif, pertama, kita harus memahami dulu tujuannya. Yang pasti, membaca dilakukan untuk memperoleh informasi, menambah wawasan, atau sekadar menghibur diri. Berikut sejumlah teknik yang lazim digunakan dalam membaca, disesuaikan dengan tujuannya.
  1. Membaca sekilas (scanningGunakan teknik ini untuk mencari informasi tertentu dari suatu buku/makalah, seperti sebuah definisi atau judul bab tertentu. Misalnya, Anda sedang membuat tinjauan tentang sebuah novel dan mendadak lupa nama salah seorang tokoh yang tertembak mati. Anda tidak perlu membaca keseluruhan novel untuk mengetahui hal itu, cukup membaca sekilas pada bagian yang memuat kejadian penembakan tersebut.
  2. Skimming Teknik ini mirip dengan scanning, hanya saja tujuannya untuk mendapat gambaran ringkas akan isi suatu buku/makalah. Jika Anda mendapat tugas membaca lima judul buku dan harus membuat tinjauannya dalam waktu kurang dari tiga hari, Anda mungkin tidak dapat menyelesaikannya jika harus membaca buku itu satu per satu. Cukup membaca secara skimming dan kembangkan tinjauan Anda berdasarkan gambaran umum yang Anda peroleh.
  3. Untuk memahami Teknik ini banyak digunakan untuk membaca materi pelajaran yang baru. Membaca dilakukan dengan lebih perlahan, mendalam dan terkadang diulang-ulang, sehingga terserap dalam ingatan. Untuk mengulang, dapat digunakan teknik skimming.
  4. Mengeja Teknik ini digunakan jika menyangkut istilah asing atau teknis, misalnya fenilpropanolamina HCI. Tujuannya agar pengejaan nama tidak salah dan nama tersebut benar-benar masuk dalam ingatan.
  5. Mencatat Kalau sudah menyangkut materi bacaan yang banyak, catatan-catatan kecil berupa kata kunci atau “jembatan keledai” akan sangat membantu mengingat keseluruhan bacaan.(Sumber: http://korananakindinesia.file.wordpress.com/

1 komentar:

sawali tuhusetya mengatakan...

benar sekali dan sangat setuju dengan isi postingan ini, pak. membaca memang menjadi basis segala ilmu. dengan keterampilan yang efektif, kemampuan menyerap asupan materi dipelajari jadi lebih oke dan smart. salam ngeblog, pak.

Check Page Rank of your Web site pages instantly:

This page rank checking tool is powered by Page Rank Checker service