Jika Ia suka maka tertawa , bahkan kalau merasa nyaman ia tertidur sebaliknya jika yang ia rasakan tidak suka atau tidak nyaman maka ia pun menangis ,karena belum dapat berkomulikasi dengan kita , maka sering kita selaku orang tua bingung dibuatnya . Kemudian munculah inisiatif untuk memahami apa maunya dari si anak tadi , diberikannya mainan , minum atau diperdengarkan suara yang lembut yang membuatnya nyaman agar si kecil berhenti menangis . Kondisi seperti itu terus berkembang sejalan bersama pertumbuhan anak. Semakin anak tumbuh kemampuan penginderaan dan inteligensinya maka semakin banyak keinginan yang diharapkannya . Berawal dari situlah anak mulai agresif menggunakan anggota badannya dan banyak bertanya jika sudah mulai bisa bicara . Orang tua ( terutama ibu atau yang mengasuhnya ) dituntut untuk bersikap bijaksana dalam memberikan mainan , menjawab pertanyaan-pertanyaannya serta memilih cerita dongeng ketika ia minta didongengi sewaktu mau tidur . Semua itu akan sangat berpengaruh bagi perkembangan kepribadian anak tersebut .
Minggu, 25 April 2010
Home »
Tahukah Anda "Plagiatisme "
»
Tahukah Anda , bahwa Plagiatisme Tumbuh Sejak Usia Dini ?
Tahukah Anda , bahwa Plagiatisme Tumbuh Sejak Usia Dini ?
Dipostingkan oleh : Bambang Darwono
Pertumbuhan kepribadian dan intelegensi anak berawal sejak anak mulai mengunakan indera untuk mengenali lingkungan , melihat mengenali orang dan apa saja yang ada disekitarnta , mendengar suara , merasakan suhu sekitar dan sebagainya . Sejak itulah Ia berinteraksi melalui tertawa,menangis dan merasakan kenikmatan dan keindahan melalui penglihatan dan pendenagarannya .
Jika Ia suka maka tertawa , bahkan kalau merasa nyaman ia tertidur sebaliknya jika yang ia rasakan tidak suka atau tidak nyaman maka ia pun menangis ,karena belum dapat berkomulikasi dengan kita , maka sering kita selaku orang tua bingung dibuatnya . Kemudian munculah inisiatif untuk memahami apa maunya dari si anak tadi , diberikannya mainan , minum atau diperdengarkan suara yang lembut yang membuatnya nyaman agar si kecil berhenti menangis . Kondisi seperti itu terus berkembang sejalan bersama pertumbuhan anak. Semakin anak tumbuh kemampuan penginderaan dan inteligensinya maka semakin banyak keinginan yang diharapkannya . Berawal dari situlah anak mulai agresif menggunakan anggota badannya dan banyak bertanya jika sudah mulai bisa bicara . Orang tua ( terutama ibu atau yang mengasuhnya ) dituntut untuk bersikap bijaksana dalam memberikan mainan , menjawab pertanyaan-pertanyaannya serta memilih cerita dongeng ketika ia minta didongengi sewaktu mau tidur . Semua itu akan sangat berpengaruh bagi perkembangan kepribadian anak tersebut .
Jika Ia suka maka tertawa , bahkan kalau merasa nyaman ia tertidur sebaliknya jika yang ia rasakan tidak suka atau tidak nyaman maka ia pun menangis ,karena belum dapat berkomulikasi dengan kita , maka sering kita selaku orang tua bingung dibuatnya . Kemudian munculah inisiatif untuk memahami apa maunya dari si anak tadi , diberikannya mainan , minum atau diperdengarkan suara yang lembut yang membuatnya nyaman agar si kecil berhenti menangis . Kondisi seperti itu terus berkembang sejalan bersama pertumbuhan anak. Semakin anak tumbuh kemampuan penginderaan dan inteligensinya maka semakin banyak keinginan yang diharapkannya . Berawal dari situlah anak mulai agresif menggunakan anggota badannya dan banyak bertanya jika sudah mulai bisa bicara . Orang tua ( terutama ibu atau yang mengasuhnya ) dituntut untuk bersikap bijaksana dalam memberikan mainan , menjawab pertanyaan-pertanyaannya serta memilih cerita dongeng ketika ia minta didongengi sewaktu mau tidur . Semua itu akan sangat berpengaruh bagi perkembangan kepribadian anak tersebut .
Setelah anak tumbuh berkembang hingga masa usia sekolah TK ,SD kecerdasan anak sudah semakin tinggi ia sudah dapat melakukan berbagai permainan dan bahkan menyanyi , semua itu berawal dari meniru apa yang dilihat dan didengarnya . Anak juga tahu bahwa apa yang diajarkan orang tua dan gurunya semua meniru dari apa yang sudah ada entah dari buku atau dari sumber lain . Hal ini berlanjut kepada anak itu sendiri ketika ia menginginkan sesuatu iapun melakukan yang sama yaitu mencari yang ia butuhkan untuk ditiru . Itulah sebabnya anak-anak kita ketika kesulitan mendapat tugas sekolah inginnya minta dibuatkan karena ia tidak mampu meniru . Bagi orang tua yang memahami prinsip mendidik, hanya akan memberikan bimbingan dan anak disuruh membuatnya sendiri ,tetapi banyak orang tua yang enggan repot menjelaskan kepada anak atau memang belum memahami prinsip mendidik maka dibuatkannya tugas anak dan anak hanya tinggal mengumpulkan saja . Kebiasaan inilah yang membuat anak jadi malas dan melemahnya rasa ingin tahu ,karena dengan demikian ia merasa lebih enak dan tidak usah repot-repot . Oleh karena itu jangan biarkan anak membuat sebuah cerita dengan hanya menjiplak cerita-cerita yang ada pada buku cerita. Atau, kita yang ikut-ikutan membuatkan cerita untuknya.
Dalam perkembangan lebih lanjut ,motivasi orang tua sangat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan kreatifitas anak . Berikan penghargaan kepadanya walaupun hasil yang dikerjakannya belum memuaskan . Tumbuhkan rasa bangga dengan hasil kerja sendiri . Sarankan untuk banyak belajar dan membaca karena dengan demikian ia akan dapat pengalaman dan dapat mengerjakan tugas . Janjikan kepadanya hal yang ia sukai jika belajar tekun dan mendapat nilai baik , sebaliknya berikan sanksi jika ia malas dan enggar belajar . Dengan sanksi yang ia terima diharapkan ia sadar akan akibat buruk jika tidak belajar dan kebaikan apa yang diperoleh jika rajin belajar .
Semakin anak tumbuh besar dan semakin tinggi tingkat sekolahnya , semakin banyak pula kegiatan bermain , belajar serta tugas-tugasnya. Biasanya ia mulai lebih suka melakukan yang ia senangi saja ,belajarnya mengendur , malas mengerjakan tugas apalagi jika kondisi di sekolahnya mendukung , ketika ia tidak mengerjakan tugas ia mendapatkan contekan dari temannya .Kondisi seperti ini harus diwaspadai orang tua di rumah dan guru di sekolahnya .Awalnya ia masih berusaha dengan kemampuannya sendiri , tetapi setelah merasakan lebih enak tidak belajar,tidak mengerjakan tugas karena bisa bertanya atau menyontek teman maka iapun akan menjadikannya kebiasaan .Apalagi jika ia bebas dari sanksi orang tua dan guru karena terlepas dari pengamatannya , ia akan semakin sering melakukannya karena tidak menyadari bahwa apa yang dilakukannya itu merugikan dirinya sendiri , yang ia tahu tidak usah repot-repot dan resikonya hanya ditegur orang tua atau mendapat hukuman guru , itu saja kalau diketahui keduanya.
Kondisi orang tua siswa yang latar belakang ekonomi dan tingkat pendidikannya sangat bervariasi juga ikut andil dalam proses pertumbuhan plagiatisme pada anak , Karena kesibukan dan keterbatasan pengetahuannya mereka kurang memperhatikan anak ; apakah ia belajar ketika di rumah , mengerjakan tugas atau tidak , dengan siapa ia bermain , bagaimana prestasi di sekolahnya .Bahkan banyak orang tua yang tahunya memberikan uang saku ,anak berangkat sekolah , tidak pernah ada laporan kenakalan , akhir semester terima rapor naik atau tidak ,jika naik memberinya hadiah dan jika tidak naik memarahinya . Tampaknya kondisi seperti itu tidak ada masalah .Namun kalau kita cermati kurangnya perhatian orang tua akan berakibat anak cerderung berusaha asal orang tua senang ; ketika ulangan nilainya bagus , tidak pernah ada teguran tidak mengerjakan tugas , akhir tahun naik kelas dan nilainya memuaskan .Anak melakukan berbagai cara untuk mendapatkan itu ,tanpa memperhatikan yang dilakukan jujur atau tidak yang penting bisa mengumpulkan tugas dan nilainya baik . Itulah sebabnya kebiasaan menyontek tugas , menyontek ketika ulangan tumbuh dan berkembang di kalangan pelajar kita dari sekolah paling bawah hingga perguruan tinggi , bahkan seolah-olah menjadi budaya hingga muncul kata-kata kelakar “ Menyontek kan membantu orang tua “ karena kalau tidak menyontek tidak lulus-lulus berarti orang tua akan lebih banyak mengeluarkan biaya sekolahnya .
Kebiasaan yang ditemukan anak ,bimbingan orang tua di rumah ,pengalaman belajar di sekolah dari usia balita hingga usia dewasa menjadi penentu kepribadian , kemampuan intelektual , kreatifitas , inisiatif dan inovatif dalam berkarya dan menciptakan sesuatu . Kesalahan perlakuan orang tua dalam mendidik di rumah , kurangnya disiplin siswa di sekolah , pengaruh pergaulan , perkembangan teknologi komunikasi berdampak negative pada kemalasan belajar siswa , ia lebih suka yang serba instan , praktis sehingga enggan berpikir karena dirasa susah dan repot .Anak-anak lebih suka mengambil jalan pintas walaupun tahu itu salah . Pada saatnya ia mendapat tuntutan tugas / kewajiban yang menentukan nasibnya maka dengan mudahnya ia mencari sesuatu yang dapat disalin / dicontek ,karena kurangnya kemampuan dan tidak memiliki kreatifitas untuk mencipta sendiri . Apalagi era sekarang , di mana semua sarana dan fasilitas tersedia .Maka menjadi maraklah kebiasaan menyontek/ menyalin karya orang lain ( plagiat )
Tampaknya permasalahan plagiatisme memang kompleks , bukan saja pelanggaran hak cipta seseorang yang mencerminkan nilai moral yang tidak terpuji tetapi juga lemahnya pendidikan kita untuk membentuk pribadi yang jujur ,rendahnya pengetahuan yang dimiliki ,kurangnya pembinaan dayakreasi, berinisiatif ,berinovatif pada generasi muda untuk berkarya dan mencipta . Sebagai solusi perlu ada perhatian serius secara terpadu untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan pendidikan mulai dari pendidikan di keluarga / msyarakat , pendidikan di sekolah/perguruan tinggi dan pemerintah sebagai penentu kebijakan pendidikan sehingga akan tercipta generasi bangsa yang berkepribadian baik ,cerdas , beriptek ,kreatif , inovatif berkualitas dan bertanggungjawab sehingga mereka akan dapat menghindari keimginan untuk menyontek / menjadi plagiator .
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Check Page Rank of your Web site pages instantly: |
This page rank checking tool is powered by Page Rank Checker service |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar