Selasa, 30 Agustus 2011
Home »
Ken Arok Bertobat
Setiap saat,secara periodik aku memasuki sebuah situasi jiwa yang sangat tidak menentu dan membuatku merasa sangat kotor. Situasi yang membuatku merasa menjadi manusia paling hina di hadapan Tuhan dan dihadapan sesama manusia.Aku merasa lebih hina dan lebih rendah dibanding para manusia lain yang hidup dalam gelimang dosa.Aku merasa malu dihadapan sesama manusia yang hidupnya dinistakan sebagai pendosa karena tidak berdaya di bawah garis edar nasibnya, tetapi mereka telah mengakui secara jujur dan berterus terang. Kejahatan dan dosa mereka di ketahui umum dan di akui secara gentle dan terbuka bahwa mereka bukan orang baik-baik. Artinya apa?Aku sedang merasa sangat hina.
Aku merasa bahwa sesungguhnya orang lebih respek terhadap perampok yang jelas mengakui dan
melakukan perampokan secara kasar dan brutal.
Mereka terpaksa merampok orang-orang kaya yang telah secara sangat tidak berperikemanusiaan mempercepat proses pemiskinan mereka.Mereka menjadi rampok karena tidak ada pilihan lain.Mereka adalah korban mekanisme sistem kapitalis yang durjana.Karena ilmu dan keterbatasan ketrampilan hidup yang ada, terpaksa mereka manjadi perampok.Mereka butuh untuk bertahan hidup dan makan seperti manusia lain.Sementara para penganjur kebenaran, para penyampai pesan moral dan agama juga tidak pernah mau peduli dengan hidup mereka selain menistakan dan memberi caci maki bahwa mereka adalah pendosa dan kelak tempatnya di akherat adalah neraka. Kesadaran dan nurani kemanusiaan mereka tidak pernah disentuh cahaya kasih sayang dan cinta.Keperluan hidup mereka paling dasar sekalipun tidak pernah ada yang memikirkan apalagi berkorban untuk menyelamatkan mereka. Jika para penegak moralitas dan agama hanya menyalahkan, lantas kepada siapa mereka akan belajar cahaya kebenaran?
Para ekonom hanya mau memberi ruang beraktivitas jika mereka dapat dieksplorasi dan bernilai sebagai sebuah investasi.Kekayaan yang telah dikuasai oleh para ahli ekonomi itu membuat kelas mereka semakin berbeda dan menyulut api cemburu hingga berkobar membakar segala bentuk suara nurani yang pada dasarnya ada dalam setiap hati.Kemiskinan sistemik itu telah membuat mereka gelap mata dan mengasah pisau, pedang atau kampak untuk sekedar memaksa para orang kaya berbagi.Setelah mendapat hasil rampokan mereka membeli dan mengisi senjata dengan peluru untuk mempertahankan diri karena para petugas keamanan yang dibayar para ekonom juga membawa senjata dan tidak segan-segan menembak mereka.Akhirnya kegelapan semakin menutup kehidupan mereka dan perilaku mereka semakin profesional, dan karena itu mereka disebut perampok.Mereka masih ada hebatnya karena mereka masih punya kejujuran setidaknya saat mereka beraksi.Mereka akan berkata terus terang,”Berikan semua emas dan uang yang ada!Jangan melawan kami,ini perampokan!Kalau melawan terpaksa kalian kami habisi!”
Aku merasa orang akan lebih hormat terhadap seorang pelacur yang karena keterpaksaan dan sistem sosial yang melingkupinya memaksanya untuk melacur.Tidak ada pilihan lain dalam hidup mereka selain hal itu.Jika diam mereka akan mati kelaparan.Sementara sistem masyarakat yang melingkupi hidup mereka sama sekali tidak memberi ruang yang memungkinkan bagi mereka untuk memilih.Ilmu mereka tidak cukup untuk bertahan hidup dan berperang dengan ketidakadilan. Mereka adalah orang-orang yang terpaksa harus terpinggirkan. Mereka memilih jalan hidup yang dianggap keliru karena tekanan kehidupan yang menghimpit mereka. Mereka tidaklah sepenuhnya ada dipihak yang pantas disalahkan, walaupun mereka sudah pasti memiliki andil terhadap kesalahan dan kekeliruan hidup mereka itu.
Sementara bila melihat diriku sendiri, maka sesungguhnya aku merasa sangat malu.Malu karena sesungguhnya akulah manusia yang sangat hina dan tak punya jati diri. Semua yang ada padaku hanyalah dusta dan kebohongan demi kebohongan untuk mengelabui mata manusia lain yang melihatku dengan tatap mata penuh kekaguman. Aku sesungguhnya lebih jahat dari siapapun walaupun tidak ada yang mengetahui dengan pasti bentuk dan laku jahatku. Itu semua terjadi sebab dengan segala kekayaan dan kekuasaan yang ada padaku, semua kebusukan hidupku dapat aku bungkus dengan citra yang baik.Aku telah berhasil membangun image yang sangat indah dan sempurna dimata publik, sehingga biar bagaimanapun orang tetap menghormati diriku baik secara sadar maupun terpaksa. Akulah orang yang berkuasa dan tak terkalahkan.
Kekuasaan dan kekuatan politis yang mengelilingi diriku membuat diriku tak tersentuh oleh aturan-aturan yang berlaku bagi orang lain. Kekayaan berlimpah yang aku miliki saat ini membuatku bebas berbuat apa saja tanpa ada seorang pun yang bisa mencegah diriku. Para penganjur moral dan agama telah dengan mudahnya ku buat silau dan terpukau. Mereka mandah dan tak berdaya ketika proyek sosial mereka aku topang dengan sebagian kecil harta kekayaanku. Rumah-rumah ibadah yang mereka bangun aku sumbang dengan sedikit tampilan kebaikan dan rasa empati yang kubuat-buat mereka sudah terjebak dalam decak kekaguman. Mereka tidak tahu bahwa niatku yang sesungguhnya adalah untuk memperdaya mereka.Maka, di mana pun ada komunitas yang mendiskusikan moral, akhlak atau apa pun yang sejenis dengan itu selalu membawa-bawa namaku sebagai tokoh yang secara aktif dan pro aktif telah mendukung program kerja mereka.Mereka mengenalku sebagai orang yang baik.
Para ekonom-ekonom yang suka berpidato di berbagai media dan melakukan analisis pasar juga tak berani menyentuh wilayah yang padanya aku bermain. Bagaimana mungkin mereka -para ilmuwan itu- menganalisa perkembangan pasar yang aku kendalikan jika mereka mendapatkan sederet gelar akademik dari luar negeri atas beasiswa yang aku sumbangkan pada mereka?Maka, akhirnya bagaimanapun expertnya mereka dalam bidang keilmuan yang mereka geluti, mulut mereka tetap tak bisa bicara bebas karena telah aku sumbat dengan uang yang telah menjadikan mereka di sebut pakar ekonomi. Bagaimanapun juga, akulah yang menang. Aku memang tak bisa dikalahkan.
Ketika negeri ini geger dan marak ide untuk dilakukan pembersihan terhadap para koruptor, aku secara pro aktif mendukung gejolak itu. Bahkan aku mendirikan lembaga yang secara independen berhak memantau dan mengaudit kekayaan para pejabat negara. Tentu saja lembaga yang kubuat ini segera di setujui oleh para penguasa boneka yang kubuat karena mereka tak mungkin menolak ide dan pemikiranku yang selalu sepuluh langkah di depan politisi-politisi bodoh itu. Dan karena aku yang membentuk lembaga itu maka akupun bebas merdeka dari sentuhan mereka. Lembaga itu boleh saja melakukan sosialisasi dan mengaudit kekayaan orang, organisasi atau apa pun saja yang pantas di curigai sebagai koruptor,namun pasti tidak akan pernah menyentuhku,menyentuh wilayah privacy ku, terkecuali mereka ingin aku bubarkan dan tak bisa memiliki mobil dan rumah mewah serta bingung memenuhi biaya hidup keluarganya. Maka dihadapan siapa pun aku tetap saja menang.
Para penegak hukum yang jujur, gelisah dengan jaring dan tangan-tangan gurita yang telah aku cengkeramkan ke mana-mana. Mereka sering masih kasak-kusuk dan mengancamku.Hanya sebatas itu saja sebab, mereka tak punya kekuatan untuk mengimbangi “kesaktian” yang kumiliki. Ibarat harimau, mereka hanyalah harimau yang sudah dikurung dalam kerangkeng di kebun binatang. Bisa mengaum saja sudah ditepuki dan membuat kagum serta rasa ngeri bagi para pengunjung kebun binatang.Cakar dan gigi tajam mereka sudah tak berfungsi sebab akulah yang mengatur mekanisme datangnya daging ke kandang dan mulut mereka. Maka, sungguh berhadapan dengan siapapun aku tetap menang dan tak tersentuh.
Hari-hari dalam hidupku selalu aku nikmati dengan senyum yang lebar dalam kesendirian di kamarku.Di depan publik aku selalu tampil sebaik mungkin, perilakuku selalu tertata, bahasa tubuhku selalu mengundang simpati, seberapa lebar senyumku saat bertemu orang-orang dalam forum apa sudah kuatur, apa yang harus aku ucapkan untuk sebuah komentar sudah tertata. Aku selalu menjaga image di depan publik. Semua kulakukan demi kemenanganku, demi mengambil simpati masyarakat dan menciptakan kesan kemuliaan. Di hadapan media massa, baik cetak maupun elektronik aku selalu tampil tertata. Akulah sang pendekar sejati yang sudah sangat lama malang melintang di percaturan dunia “persilatan” negeri ini.Hehe,orang-orang bodoh itu selalu saja berhasil aku kelabui dengan ajian “malih rupa” yang aku pelajari dari sejarah jaman purba. Akulah aktor kehidupan yang sangat sempurna dan seharusnya mendapat penghargaan dari para “pemilik” dunia seni dan hiburan di negeri ini.
Namun, bagaimana mungkin mereka, para pemilik dunia seni itu memberiku penghargaan padaku? Sungguh mereka tidak mungkin memberiku penghargaan sebab hidup matinya karya mereka pun hampir sepenuhnya tergantung pada diriku. Setiap ijin pementasan teater, terbitnya tulisan, beredarnya film, musik dan lagu semua ada di bawah kendali modalku. Orang tidak tahu bahwa semua bidang usaha yang berkaitan dengan dunia seni dan hiburan selalu aku awasi dan akulah yang memberi mereka modal. Semua karya yang tidak menguntungkan diriku, yang diam-diam atau secara terbuka mengkritisi sepak terjangku, dapat dipastikan tidak akan berumur lama. Bila perlu, harus ditumpas sekalian dengan yang membuat karya itu, apapun bentuknya. Jadi aku pasti aman dihadapan kelompok ini.Aku memang selalu menang dan tak terkalahkan.
Para petugas keamanan negeri ini juga sepenuhnya berkiblat dan tunduk pada diriku,sebab sebagian besar nafas hidup mereka memang telah ku genggam. Aku memang manusia yang sangat istimewa dan sangat “sakti” tak terkalahkan.Akulah yang berhak menentukan siapa yang harus diamankan, siapa yang harus dibekuk atau ditembak mati. Semua informasi dan instruksi yang kuberikan sudah melalui mekanisme jaringan yang sangat rapi sehingga aku sama sekali tidak terlibat dalam peristiwa-peristiwa yang sering kali ramai didiskusikan oleh para pakar ilmu sosial,ilmu hukum,ilmu politik dan lain-lain. Dalam situasi seperti itu seringkali justru membuat image diriku semakin baik karena aku ditampilkan sebagai sosok yang memberi solusi sangat bijak.Aku bukan sekedar aktor yang ulung, aku juga seorang sutradara sekaligus penulis skenario yang sangat ahli.Aku merasa takdirku memang harus demikian, semua hal yang terjadi di negeri ini tak bisa lepas dari peranku. Sempurnalah kekuasaanku.
Dalam dunia pendidikan, orang-orang tidak sadar bahwa akulah yang sesungguhnya mengendalikan mereka. Sistem dan mekanisme kerja mereka dari tingkat pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi,akulah yang mengendalikan. Anak-anak di tingkat pendidikan dasar harus segera menyelesaikan pendidikannya secara kuantitas agar aku mendapat pujian dan tepuk tangan. Standar kelulusan akulah yang menentukan, berapa angka-angka yang harus mereka capai, yang tertulis di ijasah dan buku raport mereka, akulah yang mengaturnya. Soal bagaimana caranya, terserah para guru mengaturnya. Bila mencapai nilai secara jujur menjadi sebuah kesulitan,maka para guru harus berbuat sedemikian rupa agar nilai anak-anak didiknya sesuai kemauanku,tak peduli semua nilai itu hasil rekayasa.Sebab yang penting bagiku adalah laporan publik yang disampaikan melalui media massa bagus.Jika yang terjadi sebuah pembodohan bagi generasi bangsa, memang sesungguhnya hal itulah yang aku inginkan.Apakah para guru yang mungkin masih memiliki idelaisme akan menentangku? Aku pastikan tidak, sebab mereka pasti tak berdaya.Hidup mereka akulah yang membiayai.Gaji setiap bulan yang mereka terima adalah sebagian kecil dari modal yang aku investasikan untuk melanggengkan kekuasaanku. Jadi, aku memang satu-satunya tokoh yang berhak mengatur arah dan gerak hidup masyarakat di negeri ini.
Di dunia pendidikan tinggi, semua kegiatan di dalam kampus sesungguhnya juga ada dibawah pengawasan dan kendaliku. Semua mekanisme pengendalian telah kubuat sebagai jaringan yang sangat rapi dan tak kentara bahwa aku berperan di dalamnya. Para profesor, para doktor dan para master dari berbagai disiplin ilmu yang mengajarkan ilmu di kampus-kampus telah aku mandulkan dengan pikiran materialistis yang aku infeksikan pada mereka tanpa mereka sadari. Bagi mereka kubuatkan arena lomba proposal untuk rebutan sebagian kecil harta yang aku siapkan dalam bentuk berbagai proyek yang sering kuberi nama mega proyek. Kepedulian sosial dan pikiran mereka menjadi tumpul manakala para resi dan pendekar itu sibuk berebut harta.Maka, mahasiswa mereka tidak bisa sepenuhnya mewarisi ilmu mereka,bahkan di beberapa tempat banyak mahasiswa yang kehilangan idola dan ikon hidup karena interaksi akademik dengan para pengajar sudah tidak sehat. Dalam kompetisi materi itu, orang sudah sangat serakah dan cenderung menghalalkan segala cara demi mencapai kemewahan-kemewahan sesaat yang penuh gebyar. Jadi, di hadapan para resi cerdik cendekia pun,aku tetap menang sebab mereka telah masuk dalam jaring yang aku tebar. Mereka tidak lagi lincah dan bebas berenang sebab sudah masuk dalam perangkapku. Di antara mereka justru banyak yang sibuk untuk berebut ruang dan peluang, semua itu akulah yang mengendalikan. Mereka ramai berebut kue kecil yang aku sediakan, yang terlihat cum-Cuma tetapi sesungguhnya adalah investasi bagiku untuk melanggengkan kekuasaanku.Tak ada sesuatu pun yang kubagi secara gratis.Akulah ekonom yang sejati karena aku selalu berpikir sepuluh langkah di depan mereka semua yang bodoh itu.Hehe, mereka tidak tahu aku dan aku tahu mereka,itulah sebabnya aku selalu berhasil menguasai mereka.
Para mahasiswa sudah tidak punya daya kritis lagi sebab mereka tidak megalami proses pembelajaran yang benar. Mulai dari tingkat pendidikan dasar,jiwa mereka tidak pernah dikembangkan, pikiran mereka telah ditumpulkan,semangat juang dan idealisme mereka sudah di padamkan. Mereka adalah produk proses pendidikan instan yang tidak peduli pada proses belajar, entah bagaimana caranya tahu-tahu mereka naik kelas, tahu-tahu mereka lulus SD,SMP dan SMA. Selanjutnya mereka tumbuh menjadi tua tanpa kedewasaan sikap dan perilaku. Kemauan mereka tidak diikuti oleh kemampuan yang memadai dalam tata pikir dan daya nalar.Hal-hal yang mereka saksikan dalam kehidupan nyata tidak ada yang dapat dijadikan teladan.Yang terlihat hanyalah ukuran-ukuran hidup sangat nisbi, tanpa nilai-nilai kemanusiaan sebab sangat banyak tatanan budaya dan agama sudah tergusur. Saat menjadi mahasiswa, jadilah mereka mahasiswa yang pragmatis, hedonis dan sangat materialistis.Kebanyakan mereka tak lagi punya kemandirian dan sikap yang baik dalam kehidupan. Semuanya belajaar demi selembar ijasah dan gelar dengan harapan setelah memilikinya dapat untuk mencari pekerjaan yang menghasilkan kemakmuran secara materi. Daya kritis dan kreativitas telah hilang, sehingga ketika selesai pendidikan mereka bingung mencari pekerjaan, maka menumpuklah jumlah pengangguran.Maka, dengan menumpuknya pengangguran aku semakin berkuasa, mereka semua adalah para calon kuli di perusahaanku yang semakin besar. Karena posisi tawar mereka yang rendah,aku bebas menentukan berapa bayaran yang layak untuk mereka.Aku memang penguasa yang sangat “sakti”, apa pun yang menjadi keinginanku sangat mudah aku mencapainya.
Segala yang ingin kumiliki rasanya dengan sangat mudah aku dapatkan. Kekayaan,kekuasaan dan kepuasan-kepuasan se-saat hampir semuanya telah kunikmati. Perjalanan ke negeri-negeri lain telah kulakukan,hampir seluruh bumi ini telah aku injak karena ke manapun aku ingin melakukan perjalanan,pasti aku lakukan. Istana raja-raja,tempat-tempat hiburan, temapt-tempat agama dan spiritual dari berbagai agama, bertemu dengan para penguasa dari berbagai bangsa, sudah aku lakukan. Bahkan bercinta dengan segala tipe dan variasi manusia dari belahan benua-benua di bumi ini pun sudah aku lakukan.Makan segala jenis makanan dari berbagai budaya bangsa-bangsa yang dikenal di bumi,sudah pula kulakukan.
Kadang aku bertanya sendiri, apa yang belum aku lakukan? Membuat bahagia istri? Kurasa tak ada satupun kemauan istriku yang belum aku turutkan, semua yang istriku inginkan sudah aku penuhi,karena hartaku sangat berlimpah. Bahkan ketika dia tahu aku bercinta dengan wanita lain kemudian dia marah dan menuntut melakukan hal yang sama,aku pun mengijinkan,dengan catatan jangan sampai diketahui oleh publik demi menjaga image sebagai pasangan hidup yang pantas di teladani oleh masyarakat umum. Maka setiap ada lelaki yang selese bertugas memenuhi keinginan gila istriku, biasanya aku menyuruh orang lain untuk menghabisinya secara diam-diam.Itu semua aku lakukan dengan cara yang sangat rapi dan tidak kentara serta tentu saja tanganku tetap bersih dari noda darah. Aku dan istriku sudah sama-sama gila.Demi menikmati rasa berkuasa, kami melakukan hal-hal yang tak bisa dimasukan dalam logika manusia. Kami sudah lebih gila dari balada cinta Ken Arok dan Ken Dedes. Walaupun memang sebagai wanita, istriku lebih “nareswari” dibanding legenda Ken Dedes.Bersamanyalah aku meraih segala kuasa dan kekayaan yang kini kumiliki.Kadang aku percaya bahwa aku memang sosok Ken Arok yang lahir kembali bersama Dedes untuk menguasai negeri ini. Jiwa kami lahir kembali setelah kurang lebih seribu tahun yang lalu kematian tragis dikeris empu Gandring mengakhiri hidup kami. Orang-orang melupakan sejarah bahwa sesungguhnya Ken Dedes pun mati tertusuk oleh keris yang sudah di sumpahi oleh empu Gandring. Memang luka Dedes hanya sedikit tergores di tangan kanannya saat Anusapati di bunuh Toh Jaya adik tirinya. Luka kecil itu selanjutnya mengalami infeksi dan Dedes mati karena sakit akibat goresan keris itu. Orang lain pasti tidak tahu hal ini karena tidak ada kisah Dedes ditusuk keris empu Gandring yang dikisahkan sebelumnya dalam sejarah manapun.Ini adalah sejarah menurut pengalaman Clairvoyant ku terhadap masa lalu ketika bertemu dan meditasi bersama pendeta di Tibet saat aku bertemu Dalai Lama. Karena pada kelahiran saat ini, dalam jiwa istriku Dedes bercampur dengan Dewi Durga, maka kesaktian istri dan sekaligus kejahatannya menjadi sangat sulit untuk dikalahkan.Hmmm,aku jadi ngelantur ke mana-mana.
Aku harus kembali memikirkan diri sendiri. Aku harus menemukan sesuatu yang penting dalam diri sendiri dibalik semua topeng dan kepalsuan yang telah aku banggakan selama ini. Sebab rasanya tak ada lagi yang harus aku pikirkan dengan lebih serius selain diriku sendiri. Seandainya harus kupikirkan anak-anakku, aku sudah tak terlalu memusingkannya.Mereka hidup tanpa sedkitpun kekurangan fasilitas,apapun yang mereka lakukan untuk mencari kesenangan hidup pasti terpenuhi.Tidak ada satupun yang mampu menghalangi apa yang anak-anakku inginkan. Jangankan anak dan istri,bahkan seluruh keluarga besarku pun sudah aku makmurkan. Akulah sang penguasa yang sangat besar, “sakti” dan tak tertandingi. Jadi apa lagi yang akan aku cari? Pertanyaan seperti itu, akhir-akhir ini sering mengganggu pikiranku. Di saat semua sudah kumiliki, ternyata aku merasa sangat hampa. Semua kejayaan yang ku raih hanyalah semu dan tak bermakna,aku sudah sangat jenuh, bosan dan lelah. Aku dihantui oleh rasa bersalah yang teramat parah.
Rasa bersalah dan gelisah merongrong jiwa dan membuatku tidak bisa menikmati istirahat malam dengan nyenyak.Tiba-tiba aku terjaga dan tak bisa tidur lagi. Seperti di kejar-kejar oleh sesuatu yang tidak aku ketahui bentuknya.Di kejar ketakutan yang tidak jelas.Teror.Aku terteror oleh kontradiksi yang aku hadapi. Sungguh sangat tidak nyaman dan menghilangkan rasa tentram. Ini pasti karena aku adalah seorang pendosa. Ya, akulah sang pendosa yang sesungguhnya.Tubuhku kini semakin renta dan lemah. Rasanya aku tak bisa lagi memainkan peranku dengan baik saat ini. Pikiranku tak lagi cerdas dan penuh kelicikan seperti 10-15 tahun lalu. Aku merasa sangat menyesali apa yang telah kulakukan selama ini. Aku memang berhasil membodohi segala lapisan masyarakat di sekitarku, menguasai dan mengeksplorasi mereka demi kekuasaanku, tetapi saat ini,saat aku sudah lemah dan renta, semua itu terasa tak ada artinya.Aku merasa malu melihat sepak terjangku di masa lalu. Aku menyesal dan hanya bisa menebus kesalahan-kesalahan itu dengan waktu yang sangat sedikit di sisa hidupku.Aku merasa hidupku akan segera berakhir.
Rasa yang teramat menyiksaku itu kembali datang.Kusebut kembali karena setelah aku cermati, hampir setiap tahun rasa seperti ini hadir secara periodik. “Ya Tuhan, ampunilah hambaMu yang lemah ini.”Hanya doa sederhana ini yang agak sedikit menolongku dari beratnya beban jiwa. Sebab aku tak pernah belajar doa yang lain selain ide-ide dan pikiran jahat untuk melanggengkan kekuasaanku yang aku kangkangi dengan segala kerakusan dan keserakahanku. Dan aku tak pernah tahu, apakah pertobatan ini di terima atau tidak, yang jelas aku sudah merasa sangat lelah memainkan peranku sebagai manusia yang penuh dengan kebusukan namun mendapat legitimasi sebagai orang baik, berjasa dan sering di sebut sebagai pahlawan. Aku berharap setelah kematianku, ada penulis sejarah yang menemukan catatn harianku ini dan merevisi cara pandang mereka terhadap kedirianku dan membersihkan namaku dari label-label kehormatan palsu. Sebab sesungguhnya akulah orang yang telah paling banyak merusak bangsa ini. Semoga pula semua orang mampu dan mau memaafkan diriku,keluargaku,istri dan anak-anakku. Di lembar-lembar ini, telah kutuliskan pengakuanku dengan jujur bahwa sesungguhnya aku tak lebih baik dari seorang bangsat atau bajingan yang tak tahu etika.Aku berharap,rahasia ini, yang kutulis disini dapat menjadi jalan bagiku untuk mendapatkan ampunan Tuhan dan menginspirasi orang-orang setelahku untuk berbuat yang baik dengan sebenar-benarnya. Jangan pernah mengikuti jejak langkahku yang salah persepsi terhadap amanah berupa kekuasaan yang kumilki dengan merasa sebagai reinkarnasi Ken Arok.
Mungkin kematianku sudah semakin dekat. Tubuhka semakin lemah dan renta. Rasa yang teramat menyiksaku itu kembali datang.Kusebut kembali karena setelah aku cermati, hampir setiap hari rasa seperti ini hadir secara periodik. “Ya Tuhan, ampunilah hambaMu yang lemah ini.”Hanya doa sederhana ini yang agak sedikit menolongku dari beratnya beban jiwa. Sebab aku tak pernah belajar doa yang lain selain ide-ide dan pikiran jahat untuk melanggengkan kekuasaanku yang aku kangkangi dengan segala kerakusan dan keserakahanku.”Ya Tuhan, terimalah hambaMu kembali ke haribaanMu dengan tenang jika memang telah Engkau kehendaki.Dengan segala penyesalan,hamba siap menerima hukuman yang Engkau sediakan untuk hamba di alam kematian dan sesudahnya. Semoga ada sedikit kebaikan bulan suci ini yang memercik ke hati hamba dan membenarkan pertobatan hamba yang lemah ini.Amien.”
Dari catatan harian seorang penguasa
Akhir agustus 2011
Ken Arok Bertobat
Setiap saat,secara periodik aku memasuki sebuah situasi jiwa yang sangat tidak menentu dan membuatku merasa sangat kotor. Situasi yang membuatku merasa menjadi manusia paling hina di hadapan Tuhan dan dihadapan sesama manusia.Aku merasa lebih hina dan lebih rendah dibanding para manusia lain yang hidup dalam gelimang dosa.Aku merasa malu dihadapan sesama manusia yang hidupnya dinistakan sebagai pendosa karena tidak berdaya di bawah garis edar nasibnya, tetapi mereka telah mengakui secara jujur dan berterus terang. Kejahatan dan dosa mereka di ketahui umum dan di akui secara gentle dan terbuka bahwa mereka bukan orang baik-baik. Artinya apa?Aku sedang merasa sangat hina.
Aku merasa bahwa sesungguhnya orang lebih respek terhadap perampok yang jelas mengakui dan
melakukan perampokan secara kasar dan brutal.
Mereka terpaksa merampok orang-orang kaya yang telah secara sangat tidak berperikemanusiaan mempercepat proses pemiskinan mereka.Mereka menjadi rampok karena tidak ada pilihan lain.Mereka adalah korban mekanisme sistem kapitalis yang durjana.Karena ilmu dan keterbatasan ketrampilan hidup yang ada, terpaksa mereka manjadi perampok.Mereka butuh untuk bertahan hidup dan makan seperti manusia lain.Sementara para penganjur kebenaran, para penyampai pesan moral dan agama juga tidak pernah mau peduli dengan hidup mereka selain menistakan dan memberi caci maki bahwa mereka adalah pendosa dan kelak tempatnya di akherat adalah neraka. Kesadaran dan nurani kemanusiaan mereka tidak pernah disentuh cahaya kasih sayang dan cinta.Keperluan hidup mereka paling dasar sekalipun tidak pernah ada yang memikirkan apalagi berkorban untuk menyelamatkan mereka. Jika para penegak moralitas dan agama hanya menyalahkan, lantas kepada siapa mereka akan belajar cahaya kebenaran?
Para ekonom hanya mau memberi ruang beraktivitas jika mereka dapat dieksplorasi dan bernilai sebagai sebuah investasi.Kekayaan yang telah dikuasai oleh para ahli ekonomi itu membuat kelas mereka semakin berbeda dan menyulut api cemburu hingga berkobar membakar segala bentuk suara nurani yang pada dasarnya ada dalam setiap hati.Kemiskinan sistemik itu telah membuat mereka gelap mata dan mengasah pisau, pedang atau kampak untuk sekedar memaksa para orang kaya berbagi.Setelah mendapat hasil rampokan mereka membeli dan mengisi senjata dengan peluru untuk mempertahankan diri karena para petugas keamanan yang dibayar para ekonom juga membawa senjata dan tidak segan-segan menembak mereka.Akhirnya kegelapan semakin menutup kehidupan mereka dan perilaku mereka semakin profesional, dan karena itu mereka disebut perampok.Mereka masih ada hebatnya karena mereka masih punya kejujuran setidaknya saat mereka beraksi.Mereka akan berkata terus terang,”Berikan semua emas dan uang yang ada!Jangan melawan kami,ini perampokan!Kalau melawan terpaksa kalian kami habisi!”
Aku merasa orang akan lebih hormat terhadap seorang pelacur yang karena keterpaksaan dan sistem sosial yang melingkupinya memaksanya untuk melacur.Tidak ada pilihan lain dalam hidup mereka selain hal itu.Jika diam mereka akan mati kelaparan.Sementara sistem masyarakat yang melingkupi hidup mereka sama sekali tidak memberi ruang yang memungkinkan bagi mereka untuk memilih.Ilmu mereka tidak cukup untuk bertahan hidup dan berperang dengan ketidakadilan. Mereka adalah orang-orang yang terpaksa harus terpinggirkan. Mereka memilih jalan hidup yang dianggap keliru karena tekanan kehidupan yang menghimpit mereka. Mereka tidaklah sepenuhnya ada dipihak yang pantas disalahkan, walaupun mereka sudah pasti memiliki andil terhadap kesalahan dan kekeliruan hidup mereka itu.
Sementara bila melihat diriku sendiri, maka sesungguhnya aku merasa sangat malu.Malu karena sesungguhnya akulah manusia yang sangat hina dan tak punya jati diri. Semua yang ada padaku hanyalah dusta dan kebohongan demi kebohongan untuk mengelabui mata manusia lain yang melihatku dengan tatap mata penuh kekaguman. Aku sesungguhnya lebih jahat dari siapapun walaupun tidak ada yang mengetahui dengan pasti bentuk dan laku jahatku. Itu semua terjadi sebab dengan segala kekayaan dan kekuasaan yang ada padaku, semua kebusukan hidupku dapat aku bungkus dengan citra yang baik.Aku telah berhasil membangun image yang sangat indah dan sempurna dimata publik, sehingga biar bagaimanapun orang tetap menghormati diriku baik secara sadar maupun terpaksa. Akulah orang yang berkuasa dan tak terkalahkan.
Kekuasaan dan kekuatan politis yang mengelilingi diriku membuat diriku tak tersentuh oleh aturan-aturan yang berlaku bagi orang lain. Kekayaan berlimpah yang aku miliki saat ini membuatku bebas berbuat apa saja tanpa ada seorang pun yang bisa mencegah diriku. Para penganjur moral dan agama telah dengan mudahnya ku buat silau dan terpukau. Mereka mandah dan tak berdaya ketika proyek sosial mereka aku topang dengan sebagian kecil harta kekayaanku. Rumah-rumah ibadah yang mereka bangun aku sumbang dengan sedikit tampilan kebaikan dan rasa empati yang kubuat-buat mereka sudah terjebak dalam decak kekaguman. Mereka tidak tahu bahwa niatku yang sesungguhnya adalah untuk memperdaya mereka.Maka, di mana pun ada komunitas yang mendiskusikan moral, akhlak atau apa pun yang sejenis dengan itu selalu membawa-bawa namaku sebagai tokoh yang secara aktif dan pro aktif telah mendukung program kerja mereka.Mereka mengenalku sebagai orang yang baik.
Para ekonom-ekonom yang suka berpidato di berbagai media dan melakukan analisis pasar juga tak berani menyentuh wilayah yang padanya aku bermain. Bagaimana mungkin mereka -para ilmuwan itu- menganalisa perkembangan pasar yang aku kendalikan jika mereka mendapatkan sederet gelar akademik dari luar negeri atas beasiswa yang aku sumbangkan pada mereka?Maka, akhirnya bagaimanapun expertnya mereka dalam bidang keilmuan yang mereka geluti, mulut mereka tetap tak bisa bicara bebas karena telah aku sumbat dengan uang yang telah menjadikan mereka di sebut pakar ekonomi. Bagaimanapun juga, akulah yang menang. Aku memang tak bisa dikalahkan.
Ketika negeri ini geger dan marak ide untuk dilakukan pembersihan terhadap para koruptor, aku secara pro aktif mendukung gejolak itu. Bahkan aku mendirikan lembaga yang secara independen berhak memantau dan mengaudit kekayaan para pejabat negara. Tentu saja lembaga yang kubuat ini segera di setujui oleh para penguasa boneka yang kubuat karena mereka tak mungkin menolak ide dan pemikiranku yang selalu sepuluh langkah di depan politisi-politisi bodoh itu. Dan karena aku yang membentuk lembaga itu maka akupun bebas merdeka dari sentuhan mereka. Lembaga itu boleh saja melakukan sosialisasi dan mengaudit kekayaan orang, organisasi atau apa pun saja yang pantas di curigai sebagai koruptor,namun pasti tidak akan pernah menyentuhku,menyentuh wilayah privacy ku, terkecuali mereka ingin aku bubarkan dan tak bisa memiliki mobil dan rumah mewah serta bingung memenuhi biaya hidup keluarganya. Maka dihadapan siapa pun aku tetap saja menang.
Para penegak hukum yang jujur, gelisah dengan jaring dan tangan-tangan gurita yang telah aku cengkeramkan ke mana-mana. Mereka sering masih kasak-kusuk dan mengancamku.Hanya sebatas itu saja sebab, mereka tak punya kekuatan untuk mengimbangi “kesaktian” yang kumiliki. Ibarat harimau, mereka hanyalah harimau yang sudah dikurung dalam kerangkeng di kebun binatang. Bisa mengaum saja sudah ditepuki dan membuat kagum serta rasa ngeri bagi para pengunjung kebun binatang.Cakar dan gigi tajam mereka sudah tak berfungsi sebab akulah yang mengatur mekanisme datangnya daging ke kandang dan mulut mereka. Maka, sungguh berhadapan dengan siapapun aku tetap menang dan tak tersentuh.
Hari-hari dalam hidupku selalu aku nikmati dengan senyum yang lebar dalam kesendirian di kamarku.Di depan publik aku selalu tampil sebaik mungkin, perilakuku selalu tertata, bahasa tubuhku selalu mengundang simpati, seberapa lebar senyumku saat bertemu orang-orang dalam forum apa sudah kuatur, apa yang harus aku ucapkan untuk sebuah komentar sudah tertata. Aku selalu menjaga image di depan publik. Semua kulakukan demi kemenanganku, demi mengambil simpati masyarakat dan menciptakan kesan kemuliaan. Di hadapan media massa, baik cetak maupun elektronik aku selalu tampil tertata. Akulah sang pendekar sejati yang sudah sangat lama malang melintang di percaturan dunia “persilatan” negeri ini.Hehe,orang-orang bodoh itu selalu saja berhasil aku kelabui dengan ajian “malih rupa” yang aku pelajari dari sejarah jaman purba. Akulah aktor kehidupan yang sangat sempurna dan seharusnya mendapat penghargaan dari para “pemilik” dunia seni dan hiburan di negeri ini.
Namun, bagaimana mungkin mereka, para pemilik dunia seni itu memberiku penghargaan padaku? Sungguh mereka tidak mungkin memberiku penghargaan sebab hidup matinya karya mereka pun hampir sepenuhnya tergantung pada diriku. Setiap ijin pementasan teater, terbitnya tulisan, beredarnya film, musik dan lagu semua ada di bawah kendali modalku. Orang tidak tahu bahwa semua bidang usaha yang berkaitan dengan dunia seni dan hiburan selalu aku awasi dan akulah yang memberi mereka modal. Semua karya yang tidak menguntungkan diriku, yang diam-diam atau secara terbuka mengkritisi sepak terjangku, dapat dipastikan tidak akan berumur lama. Bila perlu, harus ditumpas sekalian dengan yang membuat karya itu, apapun bentuknya. Jadi aku pasti aman dihadapan kelompok ini.Aku memang selalu menang dan tak terkalahkan.
Para petugas keamanan negeri ini juga sepenuhnya berkiblat dan tunduk pada diriku,sebab sebagian besar nafas hidup mereka memang telah ku genggam. Aku memang manusia yang sangat istimewa dan sangat “sakti” tak terkalahkan.Akulah yang berhak menentukan siapa yang harus diamankan, siapa yang harus dibekuk atau ditembak mati. Semua informasi dan instruksi yang kuberikan sudah melalui mekanisme jaringan yang sangat rapi sehingga aku sama sekali tidak terlibat dalam peristiwa-peristiwa yang sering kali ramai didiskusikan oleh para pakar ilmu sosial,ilmu hukum,ilmu politik dan lain-lain. Dalam situasi seperti itu seringkali justru membuat image diriku semakin baik karena aku ditampilkan sebagai sosok yang memberi solusi sangat bijak.Aku bukan sekedar aktor yang ulung, aku juga seorang sutradara sekaligus penulis skenario yang sangat ahli.Aku merasa takdirku memang harus demikian, semua hal yang terjadi di negeri ini tak bisa lepas dari peranku. Sempurnalah kekuasaanku.
Dalam dunia pendidikan, orang-orang tidak sadar bahwa akulah yang sesungguhnya mengendalikan mereka. Sistem dan mekanisme kerja mereka dari tingkat pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi,akulah yang mengendalikan. Anak-anak di tingkat pendidikan dasar harus segera menyelesaikan pendidikannya secara kuantitas agar aku mendapat pujian dan tepuk tangan. Standar kelulusan akulah yang menentukan, berapa angka-angka yang harus mereka capai, yang tertulis di ijasah dan buku raport mereka, akulah yang mengaturnya. Soal bagaimana caranya, terserah para guru mengaturnya. Bila mencapai nilai secara jujur menjadi sebuah kesulitan,maka para guru harus berbuat sedemikian rupa agar nilai anak-anak didiknya sesuai kemauanku,tak peduli semua nilai itu hasil rekayasa.Sebab yang penting bagiku adalah laporan publik yang disampaikan melalui media massa bagus.Jika yang terjadi sebuah pembodohan bagi generasi bangsa, memang sesungguhnya hal itulah yang aku inginkan.Apakah para guru yang mungkin masih memiliki idelaisme akan menentangku? Aku pastikan tidak, sebab mereka pasti tak berdaya.Hidup mereka akulah yang membiayai.Gaji setiap bulan yang mereka terima adalah sebagian kecil dari modal yang aku investasikan untuk melanggengkan kekuasaanku. Jadi, aku memang satu-satunya tokoh yang berhak mengatur arah dan gerak hidup masyarakat di negeri ini.
Di dunia pendidikan tinggi, semua kegiatan di dalam kampus sesungguhnya juga ada dibawah pengawasan dan kendaliku. Semua mekanisme pengendalian telah kubuat sebagai jaringan yang sangat rapi dan tak kentara bahwa aku berperan di dalamnya. Para profesor, para doktor dan para master dari berbagai disiplin ilmu yang mengajarkan ilmu di kampus-kampus telah aku mandulkan dengan pikiran materialistis yang aku infeksikan pada mereka tanpa mereka sadari. Bagi mereka kubuatkan arena lomba proposal untuk rebutan sebagian kecil harta yang aku siapkan dalam bentuk berbagai proyek yang sering kuberi nama mega proyek. Kepedulian sosial dan pikiran mereka menjadi tumpul manakala para resi dan pendekar itu sibuk berebut harta.Maka, mahasiswa mereka tidak bisa sepenuhnya mewarisi ilmu mereka,bahkan di beberapa tempat banyak mahasiswa yang kehilangan idola dan ikon hidup karena interaksi akademik dengan para pengajar sudah tidak sehat. Dalam kompetisi materi itu, orang sudah sangat serakah dan cenderung menghalalkan segala cara demi mencapai kemewahan-kemewahan sesaat yang penuh gebyar. Jadi, di hadapan para resi cerdik cendekia pun,aku tetap menang sebab mereka telah masuk dalam jaring yang aku tebar. Mereka tidak lagi lincah dan bebas berenang sebab sudah masuk dalam perangkapku. Di antara mereka justru banyak yang sibuk untuk berebut ruang dan peluang, semua itu akulah yang mengendalikan. Mereka ramai berebut kue kecil yang aku sediakan, yang terlihat cum-Cuma tetapi sesungguhnya adalah investasi bagiku untuk melanggengkan kekuasaanku.Tak ada sesuatu pun yang kubagi secara gratis.Akulah ekonom yang sejati karena aku selalu berpikir sepuluh langkah di depan mereka semua yang bodoh itu.Hehe, mereka tidak tahu aku dan aku tahu mereka,itulah sebabnya aku selalu berhasil menguasai mereka.
Para mahasiswa sudah tidak punya daya kritis lagi sebab mereka tidak megalami proses pembelajaran yang benar. Mulai dari tingkat pendidikan dasar,jiwa mereka tidak pernah dikembangkan, pikiran mereka telah ditumpulkan,semangat juang dan idealisme mereka sudah di padamkan. Mereka adalah produk proses pendidikan instan yang tidak peduli pada proses belajar, entah bagaimana caranya tahu-tahu mereka naik kelas, tahu-tahu mereka lulus SD,SMP dan SMA. Selanjutnya mereka tumbuh menjadi tua tanpa kedewasaan sikap dan perilaku. Kemauan mereka tidak diikuti oleh kemampuan yang memadai dalam tata pikir dan daya nalar.Hal-hal yang mereka saksikan dalam kehidupan nyata tidak ada yang dapat dijadikan teladan.Yang terlihat hanyalah ukuran-ukuran hidup sangat nisbi, tanpa nilai-nilai kemanusiaan sebab sangat banyak tatanan budaya dan agama sudah tergusur. Saat menjadi mahasiswa, jadilah mereka mahasiswa yang pragmatis, hedonis dan sangat materialistis.Kebanyakan mereka tak lagi punya kemandirian dan sikap yang baik dalam kehidupan. Semuanya belajaar demi selembar ijasah dan gelar dengan harapan setelah memilikinya dapat untuk mencari pekerjaan yang menghasilkan kemakmuran secara materi. Daya kritis dan kreativitas telah hilang, sehingga ketika selesai pendidikan mereka bingung mencari pekerjaan, maka menumpuklah jumlah pengangguran.Maka, dengan menumpuknya pengangguran aku semakin berkuasa, mereka semua adalah para calon kuli di perusahaanku yang semakin besar. Karena posisi tawar mereka yang rendah,aku bebas menentukan berapa bayaran yang layak untuk mereka.Aku memang penguasa yang sangat “sakti”, apa pun yang menjadi keinginanku sangat mudah aku mencapainya.
Segala yang ingin kumiliki rasanya dengan sangat mudah aku dapatkan. Kekayaan,kekuasaan dan kepuasan-kepuasan se-saat hampir semuanya telah kunikmati. Perjalanan ke negeri-negeri lain telah kulakukan,hampir seluruh bumi ini telah aku injak karena ke manapun aku ingin melakukan perjalanan,pasti aku lakukan. Istana raja-raja,tempat-tempat hiburan, temapt-tempat agama dan spiritual dari berbagai agama, bertemu dengan para penguasa dari berbagai bangsa, sudah aku lakukan. Bahkan bercinta dengan segala tipe dan variasi manusia dari belahan benua-benua di bumi ini pun sudah aku lakukan.Makan segala jenis makanan dari berbagai budaya bangsa-bangsa yang dikenal di bumi,sudah pula kulakukan.
Kadang aku bertanya sendiri, apa yang belum aku lakukan? Membuat bahagia istri? Kurasa tak ada satupun kemauan istriku yang belum aku turutkan, semua yang istriku inginkan sudah aku penuhi,karena hartaku sangat berlimpah. Bahkan ketika dia tahu aku bercinta dengan wanita lain kemudian dia marah dan menuntut melakukan hal yang sama,aku pun mengijinkan,dengan catatan jangan sampai diketahui oleh publik demi menjaga image sebagai pasangan hidup yang pantas di teladani oleh masyarakat umum. Maka setiap ada lelaki yang selese bertugas memenuhi keinginan gila istriku, biasanya aku menyuruh orang lain untuk menghabisinya secara diam-diam.Itu semua aku lakukan dengan cara yang sangat rapi dan tidak kentara serta tentu saja tanganku tetap bersih dari noda darah. Aku dan istriku sudah sama-sama gila.Demi menikmati rasa berkuasa, kami melakukan hal-hal yang tak bisa dimasukan dalam logika manusia. Kami sudah lebih gila dari balada cinta Ken Arok dan Ken Dedes. Walaupun memang sebagai wanita, istriku lebih “nareswari” dibanding legenda Ken Dedes.Bersamanyalah aku meraih segala kuasa dan kekayaan yang kini kumiliki.Kadang aku percaya bahwa aku memang sosok Ken Arok yang lahir kembali bersama Dedes untuk menguasai negeri ini. Jiwa kami lahir kembali setelah kurang lebih seribu tahun yang lalu kematian tragis dikeris empu Gandring mengakhiri hidup kami. Orang-orang melupakan sejarah bahwa sesungguhnya Ken Dedes pun mati tertusuk oleh keris yang sudah di sumpahi oleh empu Gandring. Memang luka Dedes hanya sedikit tergores di tangan kanannya saat Anusapati di bunuh Toh Jaya adik tirinya. Luka kecil itu selanjutnya mengalami infeksi dan Dedes mati karena sakit akibat goresan keris itu. Orang lain pasti tidak tahu hal ini karena tidak ada kisah Dedes ditusuk keris empu Gandring yang dikisahkan sebelumnya dalam sejarah manapun.Ini adalah sejarah menurut pengalaman Clairvoyant ku terhadap masa lalu ketika bertemu dan meditasi bersama pendeta di Tibet saat aku bertemu Dalai Lama. Karena pada kelahiran saat ini, dalam jiwa istriku Dedes bercampur dengan Dewi Durga, maka kesaktian istri dan sekaligus kejahatannya menjadi sangat sulit untuk dikalahkan.Hmmm,aku jadi ngelantur ke mana-mana.
Aku harus kembali memikirkan diri sendiri. Aku harus menemukan sesuatu yang penting dalam diri sendiri dibalik semua topeng dan kepalsuan yang telah aku banggakan selama ini. Sebab rasanya tak ada lagi yang harus aku pikirkan dengan lebih serius selain diriku sendiri. Seandainya harus kupikirkan anak-anakku, aku sudah tak terlalu memusingkannya.Mereka hidup tanpa sedkitpun kekurangan fasilitas,apapun yang mereka lakukan untuk mencari kesenangan hidup pasti terpenuhi.Tidak ada satupun yang mampu menghalangi apa yang anak-anakku inginkan. Jangankan anak dan istri,bahkan seluruh keluarga besarku pun sudah aku makmurkan. Akulah sang penguasa yang sangat besar, “sakti” dan tak tertandingi. Jadi apa lagi yang akan aku cari? Pertanyaan seperti itu, akhir-akhir ini sering mengganggu pikiranku. Di saat semua sudah kumiliki, ternyata aku merasa sangat hampa. Semua kejayaan yang ku raih hanyalah semu dan tak bermakna,aku sudah sangat jenuh, bosan dan lelah. Aku dihantui oleh rasa bersalah yang teramat parah.
Rasa bersalah dan gelisah merongrong jiwa dan membuatku tidak bisa menikmati istirahat malam dengan nyenyak.Tiba-tiba aku terjaga dan tak bisa tidur lagi. Seperti di kejar-kejar oleh sesuatu yang tidak aku ketahui bentuknya.Di kejar ketakutan yang tidak jelas.Teror.Aku terteror oleh kontradiksi yang aku hadapi. Sungguh sangat tidak nyaman dan menghilangkan rasa tentram. Ini pasti karena aku adalah seorang pendosa. Ya, akulah sang pendosa yang sesungguhnya.Tubuhku kini semakin renta dan lemah. Rasanya aku tak bisa lagi memainkan peranku dengan baik saat ini. Pikiranku tak lagi cerdas dan penuh kelicikan seperti 10-15 tahun lalu. Aku merasa sangat menyesali apa yang telah kulakukan selama ini. Aku memang berhasil membodohi segala lapisan masyarakat di sekitarku, menguasai dan mengeksplorasi mereka demi kekuasaanku, tetapi saat ini,saat aku sudah lemah dan renta, semua itu terasa tak ada artinya.Aku merasa malu melihat sepak terjangku di masa lalu. Aku menyesal dan hanya bisa menebus kesalahan-kesalahan itu dengan waktu yang sangat sedikit di sisa hidupku.Aku merasa hidupku akan segera berakhir.
Rasa yang teramat menyiksaku itu kembali datang.Kusebut kembali karena setelah aku cermati, hampir setiap tahun rasa seperti ini hadir secara periodik. “Ya Tuhan, ampunilah hambaMu yang lemah ini.”Hanya doa sederhana ini yang agak sedikit menolongku dari beratnya beban jiwa. Sebab aku tak pernah belajar doa yang lain selain ide-ide dan pikiran jahat untuk melanggengkan kekuasaanku yang aku kangkangi dengan segala kerakusan dan keserakahanku. Dan aku tak pernah tahu, apakah pertobatan ini di terima atau tidak, yang jelas aku sudah merasa sangat lelah memainkan peranku sebagai manusia yang penuh dengan kebusukan namun mendapat legitimasi sebagai orang baik, berjasa dan sering di sebut sebagai pahlawan. Aku berharap setelah kematianku, ada penulis sejarah yang menemukan catatn harianku ini dan merevisi cara pandang mereka terhadap kedirianku dan membersihkan namaku dari label-label kehormatan palsu. Sebab sesungguhnya akulah orang yang telah paling banyak merusak bangsa ini. Semoga pula semua orang mampu dan mau memaafkan diriku,keluargaku,istri dan anak-anakku. Di lembar-lembar ini, telah kutuliskan pengakuanku dengan jujur bahwa sesungguhnya aku tak lebih baik dari seorang bangsat atau bajingan yang tak tahu etika.Aku berharap,rahasia ini, yang kutulis disini dapat menjadi jalan bagiku untuk mendapatkan ampunan Tuhan dan menginspirasi orang-orang setelahku untuk berbuat yang baik dengan sebenar-benarnya. Jangan pernah mengikuti jejak langkahku yang salah persepsi terhadap amanah berupa kekuasaan yang kumilki dengan merasa sebagai reinkarnasi Ken Arok.
Mungkin kematianku sudah semakin dekat. Tubuhka semakin lemah dan renta. Rasa yang teramat menyiksaku itu kembali datang.Kusebut kembali karena setelah aku cermati, hampir setiap hari rasa seperti ini hadir secara periodik. “Ya Tuhan, ampunilah hambaMu yang lemah ini.”Hanya doa sederhana ini yang agak sedikit menolongku dari beratnya beban jiwa. Sebab aku tak pernah belajar doa yang lain selain ide-ide dan pikiran jahat untuk melanggengkan kekuasaanku yang aku kangkangi dengan segala kerakusan dan keserakahanku.”Ya Tuhan, terimalah hambaMu kembali ke haribaanMu dengan tenang jika memang telah Engkau kehendaki.Dengan segala penyesalan,hamba siap menerima hukuman yang Engkau sediakan untuk hamba di alam kematian dan sesudahnya. Semoga ada sedikit kebaikan bulan suci ini yang memercik ke hati hamba dan membenarkan pertobatan hamba yang lemah ini.Amien.”
Dari catatan harian seorang penguasa
Akhir agustus 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Check Page Rank of your Web site pages instantly: |
This page rank checking tool is powered by Page Rank Checker service |
2 komentar:
ceritanya sip juga gan
http://kang-romly.blogspot.com/
neh karya njenengan yang ke berapa bos ? sssip lahditunggu karya fiksi yang lain
Posting Komentar